Menjalin kerjasama dengan sekolah itu tidak sama dengan meminta guru standby 24 jam melayani WhatsApp/messages dari Ortu.
Sudah sering sekali saya mendengar ortu jaman now malam-malam mengirim pesan kepada guru menanyakan PR anaknya, bahkan ada yang di jam sekolah minta tolong dicarikan pinjaman topi karena topi anaknya ketinggalan.
Dan pagi ini saya terhenyak mendapat kabar ORTU yang mengirim pesan kepada DOSEN anaknya untuk minta tolong diberi fasilitas tertentu. Dosen lho ini, artinya anaknya sudah mahasiswa kan ya.. 😣
Fenomena apa ini? Apakah karena kebiasaan sejak SD atau sekarang Universitas juga memberi peluang komunikasi tanpa panduan yang jelas?
Kalau mahasiswa dan dosen yang makin terbuka, sudah sering saya dengar, dengan kalimat yang kurang sopan. Kalau kasus antara mahasiswa dan dosen insyaaAllah mudah, tinggal disepakati saja tatakrama komunikasi yang dikehendaki masing-masing dosen.
Tetapi, komunikasi antara Orangtua dan Guru perlu aturan dan tata laksana yang perlu dikomunikasikan sejak awal.
Mari para pemilik, pengurus, kepala sekolah dan lembaga-lembaga pendidikan. Persoalan ini harus dibenahi. Sungguh ini kebiasaan yang sangat TIDAK MENDIDIK
Lembaga pendidikan perlu mempunyai aturan yang TEGAS dan JELAS mengenai ini.
Pernah suatu ketika saya mendengar ada ortu yang mengatakan, “Kami kan bayar mahal, berhak dong kami dapat pelayanan terbaik”
Duh.. sekolah kan bukan travel agent, yang kalau peserta tour sakit perut jam 12 malam minta disediakan oralit. Guru bukan nanny, yang boleh diperintah-perintah sesuka hati.
Sebagai benchmark, saya contohkan aturan yang berlaku di sebuah sekolah International di kota tempat tinggal saya, yang SPP nya puluhan juta, (kurang merasa berhak bagaimana ortu yang sudah membayar hampir 100 jt setahun) tetapi aturan komunikasi dipatuhi oleh wali murid.
Apa sajakah itu?
- Orang tua hanya boleh berkomunikasi dengan guru melalui email guru dan hanya akan dijawab di hari kerja dan jam kerja (guru itu pekerjaan profesional bukan harus standby 24 jam) atau melalui buku komunikasi yang dimiliki masing-masing anak.
- Jika anak sakit atau ada kejadian emergency dimana sekolah perlu memberitahu orangtua, maka dilakukan melalui nomer telpon administrasi sekolah
- Reminder dari sekolah dilakukan melalui one way sms broadcast
- Group WA ortu gunanya untuk berdiskusi antar ortu. Guru tidak menjadi member didalamnya, salah satu wali murid akan menjadi perwakilan jika ada hal yang perlu disampaikan kepada guru setelah disepakati bersama di dalam group. Nomer telepon pribadi guru tidak diberikan kepada wali murid tanpa ijin dari guru.
Lalu bagaimana kalau anak lupa PR, lupa topi, lupa buku, lupa tanggal penyerahan tugas?
- Anak memeriksa kembali di buku komunikasi atau informasi di google classroom jika sudah menggunakan fasilitas tersebut
- Guru memastikan semua anak menulis info di buku komunikasi dengan memeriksanya di akhir waktu belajar biasanya dengan diberi paraf
Kalau buku komunikasinya hilang? Ya tanggung sendiri konsekuensinya sekaligus rentetan-rentetan konsekuensi berikutnya termasuk penilaian. Demikian pula jika lalai mengerjakan.
Sesungguhnya fitrah manusia itu memiliki potensi bertanggungjawab, tetapi kebiasaan yang salah membunuh potensi itu! 😖
Mengapa saya lebih fokus kepada guru sekolah, karena untuk dosen lebih mudah. Dosen dianggap mempunyai jenjang pendidikan yang tinggi sehingga setelah aturan dikomunikasikan di awal, dosen juga bisa langsung menjawab secara asertif kepada orangtua yang melakukan intervensi berlebihan.
Tetapi seringkali guru dengan siswa anak pejabat misalnya, memerlukan dukungan yang kuat dari lembaga dan pimpinan tempatnya mengajar, baik itu berbentuk aturan standar yang disetujui secara formal dan dukungan dari pimpinan ketika melakukan hal yang benar.
Jika orang tua tidak memberi contoh adab kepada guru bagaimana anak akan punya adab belajar
Jika lembaga pendidikan tidak menegakkan aturan yang menghargai profesionalitas guru, bagaimana lembaga pendidikan bisa menjadi kawah candradimuka dalam penegakan ethic
Semoga menjadi kesadaran bersama baik bagi lembaga pendidikan maupun orangtua.
Saya Dian dari klaten mbak Okina Fitriani,
Ingin tahu, buku enlightening parenting yang terbaru mbak sudah cetakan ke 4 kah? Saya baru lihat-lihat mau beli insyaallah.
Terima kasih