SEnsor BAnjir Raka (SEBAR)

Di masa pandemi, Mas Raka kuliah online dari Jogja. Bude dan Pakdenya bercerita bahwa desa Krandegan Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo sering kebanjiran karena dikelilingi oleh 3 sungai. Kadang warga terlambat menyadari air sungai yang mulai meluap. Lalu bertanya apakah mas bisa membuat aplikasi untuk memantau ketinggian air sungai lalu bisa memberi early warning kepada warga.
Alhamdulillah terwujud SEBAR (Sensor Banjir Raka)
Sejak kecil Mas Raka memang sudah sering kami ajak terjun ke masyarakat melalu program IMR (Indonesia Membangun Rakyat). Atas ijin Allah, semangat membantu masyarakat ini tertanam hingga dewasa.
Mohon doanya agar sistem ini terus terpelihara, berfungsi dengan baik selamanya, dapat membantu warga untuk bersiap-siap jika ada kemungkinan banjir dan menjadi amal yang diterima Allah dan bermanfaat. Aamiin

Mendisain Kurikulum Kemahiran dan Adab Anak

Beberapa hari yang lalu saya membuka folder lama saya untuk membantu teman yang sedang meniti profesi baru sebagai profesional coach dan consultant. Beberapa project lama dimana saya menjadi SME (Subject Matter Expert) saya kirimkan untuk contoh.
Tiba-tiba mata saya tertuju pada sebuah folder bertuliskan nama anak pertama saya. Rupanya disana tersimpan file-file lama yang berisi surat cinta, daftar menu makanan, kurikulum adab dan kurikulum kemahiran sesuai tahap perkembangan. Saya pernah mengunggah gambar dan tulisan ini di instagram saya (@okinaf) beserta captionnya :

Jadilah ahli di bidang yang kau putuskan untuk jalani…
Sekecil apapun bidang itu menurut orang lain.
Jadi suami/istri ya ahli dalam berperan sebagai suami/istri
Jadi ayah/ibu ya ahli dalam memimpin/mengasuh anak
Jadi karyawan ya ahli dalam bidang yang ditekuni.
Jadi pengusaha ya ahli di bidang usaha.
Punya 3 peran? Ya ahli 3-3 nya.
Tidak perlu beralasan : Saya terpaksa kerja karena ortu melarang berhenti
Bismillah berhenti saja, lalu tunjukkan kita ahli di bidang yang kita pilih dan tetap penuh cinta pada mereka. Kemungkinan ortu nangisnya paling lama 3 bulan tapi setelah itu bahagia melihat kita ahli di bidang yang kita pilih.
Yang bikin nangis bertahun-tahun adalah, ketika kita meninggalkan pekerjaan katanya untuk anak, tapi anaknya tidak terawat, nongkrongin gadget siang malam atau ngamuk melulu di rumah. 🥺😳
Jangan pernah menyalahkan siapapun dalam peran yang kita ambil. Ini sudah bukan jaman perbudakan, kata “terpaks”a hanya cocok jika pistol ditodongkan di kepala kita.

Kalau disumpahin ortu gimana? Berarti belum baca ada hadist yang melarang dan tidak yakin bahwa Allah Maha Adil . Jika kita tetap berbuat baik lalu Allah kehendaki hal yang menurut kita buruk terjadi, belum tentu yang kita sangka buruk itu tidak ada kebaikan di dalamnya. Bukankah Allah itu Maha pengasih dan penyayang?
Yang parah itu sudahlah tidak patuh, perilakupun buruk. Ambyaar… 😊

Saya wanita bekerja dari dulu hingga sekarang, hanya bedanya di 9 tahun pertama kehidupan pernikahan saya, saya bekerja kantoran reguler 9 jam sehari di sebuah perusahaan minyak, plus juga mengajar di sebuah universitas setempat sebagai bagian dari community service. Di pertengahan tahun ke 9 saya kemudian beralih profesi menjadi konsultan yang mempunyai jam kerja lebih fleksibel. Saya sepenuhnya sadar dan memilih bekerja, sehingga saya tidak mengembangkan rasa bersalah menjadi ibu yang bekerja di luar rumah. Rasa bersalah hanya akan membuat pikiran kita bercabang. Resikonya, salah satu bidang prestasinya buruk atau hancur kedua-duanya sekaligus. Oleh karena itu saya pasang niat

Bismillah… Ya Allah tolonglah aku untuk mengoptimalkan peran yang aku pilih dengan sadar ini, karena aku ingin hidupku bermanfaat di setiap peran yang Engkau percayakan kepadaku.

Berikut ini adalah potongan surat cinta saya pada mas Raka (tentu tidak semuanya ya, mananya surat cinta kan rahasia :), sebagai gambaran awal sebelum masuk ke bagaimana mendesain kurikulum adab dan kemahiran untuk anak-anak kita.

Setiap anak lahir dengan membawa potensi baik (silahkan membaca buku Enlightening Parenting untuk memahami lebih dalam mengenai ini)

Tetapi potensi perlu diberi contoh nyata dan dilatih untuk menjadi kompetensi. Anak-anak tidak belajar dari nasehat tetapi dari meniru perilaku nyata. Maka tugas kitalah sebagai orang tua untuk mengajarkan kompetensi-kompetensi dasar yang perlu mereka miliki to navigate their life. Knowledge and technology can wait but skill and behaviour or character are the most important capital for their life in the world and the hereafter.
Maka saya mendesain sendiri kurikulum kemahiran yang ingin saya ajarkan kepada anak saya dengan bantuan buku-buku tumbuh kembang anak.
Mengapa tidak saya masukkan PAUD saja? Sejauh pengamatan saya, tidak semua guru PAUD siap menjadi guru, banyak yang belum mengetahui tentang perkembangan sensori yang terkadang berujung melabel anak yang kurang memberdayakan. Percampuran banyak sekali karakter orang dewasa dengan berbagai macam adab dan tata bicara beresiko anak meniru yang nanti justru merepotkan urusan bersih-bersihnya, belum lagi kesadaran ortu untuk tidak menyekolahkan anak di saat sedang tidak sehat juga berujung tular-tularan virus di usia dimana imun sistem belum terbentuk. Maka saya memilih mengajarkannya sendiri di rumah. Tetapi karena saya juga bekerja maka saya dibantu oleh mantan mahasiswa saya yang tentu saya pilih paling santun-santun dan cerdas. Sekalian untuk media praktik mereka dan tambahan uang saku. Alhamdulillah banyak tetangga yang bergabung. Berikut ini potongan gambar kurikulum mingguannya


Kompetensi adab tentu perlu disesuaikan dengan nilai-nilai yang dianut oleh keluarga. Tiap keluarga mungkin punya cara yang berbeda. Nah.. persoalannya kadang suami istri bahkan tidak mempunyai kesepakatan dalam hal adab. So sebelum menikah, jangan hanya sibuk mencari kostum resepsi yang keren tetapi satukan visi, misi dan values dulu. Masa kalah sama rekrutmen pegawai, pegawai bisa mengundurkan diri sewaktu-waktu, apakah menikah bisa dengan mudah melakukan itu? :). Khusus untuk kurikulum adab ini kami lakukan briefing dan role-playing yang langsung saya dan suami tangani sendiri.

Ih kenapa sih cuma dikasih sepotong-sepotong, kasih dong file lengkapnya…
Dari pengalaman saya jika kita terbiasa disuapi solusi, mendapatkan sesuatu dengan mudah, konsistensi melakukannya justru kecil 😜

Jadi bagaimana manajemen waktunya? Manajemen waktu itu tidak ada karena waktu diberikan Allah secara adil pada tiap manusia yaitu 24 jam. Yang ada adalah manajemen diri. Hal pertama yang perlu diatur adalah emosi dan energi. Dengan jarak rumah dan kantor yang dekat, saya bisa mengatur waktu untuk lebih banyak makan siang di rumah, sehingga bisa bertemu dengan anak di siang hari. Lokasi kerja seperti ini sudah saya impikan sejak kuliah. Saya hanya akan bekerja di kota yang memungkinkan jarak kantor dan rumah dekat. Tentu mimpi harus diikuti usaha. IP tinggi harus di tangan untuk menembus firewall HR tak iye… Jadi saya bisa memilih bekerja di perusahaan manapun yang saya inginkan. Prestasi dan hubungan baik dengan rekan kerja diupayakan sejak hari pertama bekerja dan alhamdulillah tercapai. Dengan demikian saya tidak perlu terperangkap dalam emosi-emosi tidak memberdayakan di tempat kerja. Pulang hati senang, pikiran segar, bisa beraktifitas dengan anak dengan semangat. Kerjasama dengan suami disepakati sejak sebelum menikah sehingga kami bergantian mengambil peran. Bagaimana jika tugas ke luar kota atau luar negri? Ya bergantian. Jika saya tugas suami tidak,demikian pula sebaliknya. Kalau diperintahkan tugas bersama? Ya tolak saja, menolak pekerjaan sesekali selama prestasi kita baik tidak apa-apa. Rugi kok mecat karyawan berprestasi 😁. Karir tidak akan macet juga, kami sudah membuktikannya.

Beberapa bulan sekali saya pergi berdua saja dengan suami 1-2 malam sekedar untuk berganti suasana. Kangen juga ninggalin anak lama-lama.
Begitu kami di rumah, asisten langsung istirahat, anak sepenuhnya bersama kami. Ini juga penting agar asisten terjaga energi dan emosinya, apalagi sesuai standar American Paediatric Association tidak ada interaksi dengan display (TV dan segala gadget), saat anak usia dibawah 2 tahun. Sehingga asisten kami tidak momong anak sambil nonton TV.
Wuih… well-planed banget dong hidup mbak? Iya dong, namanya juga hidup, kalau mau santai-santai nanti atuh di surga (Semoga Allah rahmati kita semua untuk mendapatkan surga, aamiin). Tetapi bagi yang kenal saya, tahu betul bahwa saya ini ya lucu dan santai. Karena terbiasa sistematis dan mensyukuri hal-hal yang mungkin bagi orang lain kecil maka segala sesuatu jadi terasa mudah, selain tentu juga dimudahkan Allah. We don’t sweat the small stuff.
Punya anak repot? Iya repot, tapi tidak lama. Paling lama hanya sampai anak usia 7 tahun. Jika kurikulum kemahiran dan adab kita jalankan, di atas 7 tahun tinggal poles-poles saja, briefing ringan, refresh role-play dan diskusi. Usia 10 tahun sudah bisa pakai parental coaching, anak sudah punya banyak option untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Alhamdulillah…
Lalu kalau anak-anak dimudahkan Allah, kita bisa bersantai? Ya jangan santai-santai amatlah, Allah mudahkan anak-anak kita kan supaya kita punya waktu luang untuk memberi manfaat bagi yang lain.
Yang belum santai sekarang, yuk fokus ke anak, yang sudah santai yuk gerak memberi manfaat bagi umat.

“Maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain.” (QS. Al-Insyirah ayat 7)

Selingkuh Dari Sudut Pandang Pria

Tulisan ini dicopy dari Status Facebook Ronny Gunarto (aka suami 😊) tanggal 25 Agustus 2019.

S e l i n g k u h (Wih.. ngeri topiknya)

Beberapa hari ini terakhir ini saya berdiskusi dengan pasangan membahas tentang fenomena perselingkuhan utamanya yang terjadi pada pria. Saya jadi buka-buka lagi nih materi komunikasi suami istri

Penelitian oleh Caryl Rusbult menunjukkan bahwa seseorang cenderung setia dengan pasangannya dan memegang teguh komitmen pernikahan ketika dia merasa kebutuhannya terpenuhi (satisfaction).Tony Robbins menyimpulkan ada 6 kebutuhan dasar manusia (certainty, variety, significance, love connection, growth and contribution) yang jika kita memenuhi 3 saja dari kebutuhan dasar tersebut, niscaya pasangan kita akan terikat dan memuja kita. Terus, apakah kalau pasangan kita belum memenuhi kebutuhan dasar kita, maka kita boleh selingkuh? Tentu saja tidak. Kesetiaan dalam pernikahan tidak hanya tergantung dari respon pasangan, tapi juga ketaatan dan nila-nilai yang kita anut, terutama dalam beragama. Selingkuh jelas maksiat. Lebih selamat menyatakan keberatannya dan menfasilitasi pasangan untuk berubah semakin baik atau terang2an ganti atau nambah pasangan dengan pernikahan yang sah daripada selingkuh. Betul tidak? 😀 Justru Halal

Tapi sebelum menuntut tentu pria wajib Kita menjalankan peran sebagai qowam (ada video Ust. Nouman Ali Khan yang bagus tentang ini) sebaik-baiknya. Kadang orang merasa ketika sudah menjalankan ibadah kepada Tuhannya lalu melupakan bagaimana cara dia berinteraksi dengan orang lain, terutama keluarganya 😊. Konsep taat juga bukan berarti kita tidak boleh protes terhadap pasangan. Sampaikan concern kita terhadap pasangan dengan baik dan santun sebagai bagian dari ketaatan itu sendiri. Tentu kita ingat bagaimana Allah menyuruh nabi Musa untuk berkata dengan perkataan lembut kepada Fir’aun ketika berdakwah, lalu bagaimana sikap kita ketika berbicara dan menasihati pasangan?

Komitmen pernikahan juga dipengaruhi oleh “pilihan di luar” yang mungkin menggoda. Seperti kata bang Napi, kejahatan itu terjadi karena niat dan kesempatan. Demikian pula dengan perselingkuhan. So, jadilah seorang pribadi yang luar biasa buat pasangan kita sehingga apa pun yang ada di luar sana (alias kesempatan) tidak akan mengganggu keutuhan pernikahan kita dikarenakan niat yang tidak ada (ketaatan terhadap Tuhan dan pasangan yang luar biasa). Jaga perilaku terhadap pasangan dan tentu saja penampilan Anda 😊

Lalu, bagaimana kalau pasangan kita terlanjur selingkuh? Tentu perlu dilihat apakah pasangan kita berniat serius memperbaiki diri atau tidak. Apa yang perlu kita perbaiki dari diri sendiri sehingga bisa membantu pasangan kita bisa berubah. Memaafkan dan tidak mengungkit adalah penting untuk hubungan yang lebih baik ke depannya dengan catatan memang pasangan kita berniat serius untuk berubah.

Bagaimana kalau dia selingkuh dan terang-terangan tidak berniat untuk berubah? Investment Theory dari Rusbult menyatakan bahwa banyak orang mempertahankan pernikahan karena sudah sama-sama ‘berinvestasi’ dengan pasangannya, biasanya bertahan karena anak-anak. Data statistic di Indonesia menunjukkan ternyata alasan perceraian karena selingkuh itu ‘hanya’ ada di urutan ke-3. Pilihan itu tentu selalu ada. Memilih bertahan dan menjadikan pasangan anda sebagai ladang pahala sambil menimalisir pengaruh buruk terhadap anak-anak atau memutuskan untuk berpisah dan memulai kehidupan yang baru. Tentu masing-masing ada konsekuensi logisnya. Apa pun pilihannya, perlu disiapkan state diri kita dan perencaan matang beserta mitigasinya. Berada diantara 2 pilihan sangat lah tidak efektif dan menghabiskan waktu dan pikiran tanpa solusi yang jelas.

Lalu bagaimana kalau suami berniat menikah lagi? Wah, itu pembahasan yang berbeda. Yang jelas itu memang tidak dilarang oleh agama. Saya sendiri tidak berminat. Kenapa? Karena saya sudah mendapat pendamping yang nyaris sempurna. Untuk para lelaki, tanya lah kepada diri anda.. Apakah anda sudah menjadi suami dan ayah yang sangat baik sehingga berani dan sanggup untuk membangun keluarga yang kedua? Hanya anda yang bisa menjawab dengan jujur dan fikirlah dengan matang sebelum anda memutuskan 😉. Semuanya kelak harus kita pertanggungjawabkan.

Selamat hari minggu.. 25 Agustus 2019

Mendampingi Anak Merencanakan Masa Depan

Seringkali orang tua pusiing ketika anak sudah kelas 3 SMA, ditanya mau kuliah dimana, jawabnya “Ngga tau”, “Bingung”, “Ntar liat teman-teman kemana”..
Ortu makin panik, anak ditestkan kesana kemari, diberi anjuran ini itu anaknya ngga mau, tambah peniiing 7 keliling.

Jadi sebenarnya kapan sih kita harus mempersiapkan anak merencanakan masa depan? Apa perlu sejak kecil dicari bakatnya, dites, discan, diprint, dsb dsb…
Dean Keith Simonton (Distinguished Professor of Psychology at UC-Davis), telah mengumpulkan puluhan riset dan menyimpulkan di berbagai tulisannya bahwa bakat lebih cenderung merupakan faktor nurture daripada nature, yaitu lebih merupakan hasil pengembangan yang dinamis daripada bawaan sejak lahir, dan bisa berubah maupun berkembang. Sumbangan bawaan lahir kepada bakat adalah hal-hal yang bersifat genetik atau organik misalnya : perfect pitch yaitu kemampuan sistem syaraf pendengaran seseorang untuk membedakan nada dengan detail. Anugerah dari Tuhan ini akan membantu seseorang yang berlatih alat musik sehingga piawai lebih cepat daripada yang tidak. Berikutnya, tinggi badan, faktor genetik yang bermanfaat bagi seseorang di bidang olahraga tertentu. Beberapa scientist terang-terangan mengatakan bahwa bakat bawaan lahir itu mitos, tetapi saya sih memilih pendapat kelompok ilmuwan yang meyakini bahwa bakat adalah faktor nurture dengan didukung beberapa faktor genetik yang bersifat organik seperti sistem syaraf tadi dan bukan kategorisasi karakteristik seperti, introvert, melankolis, pemikir dan lain-lain yang umumnya berasal dari ranah populer tanpa riset dan pada akhirnya berujung pada labelling.
Beberapa orang membawa-bawa Al Isro 84, untuk membenarkan bakat adalah semata-mata bawaan lahir, padahal dalam tafsir Ibnu Katsir, istilah menurut “keadaan masing-masing” diuraikan sebagai amal perbuatan atau keahlian. Begitupun tafsir Al Azhar Buya Hamka yang menyebut kata bakat menguraikan bahwa “keadaan” yang dimaksud tidak spesifik sebagai bakat lahir, tetapi merupakan perpaduan dari macam-macam hal, warna, rupa, perangai, iklim, alam tempat kita dilahirkan misalnya di pegunungan di tepi laut di negara empat musim, dua musim, lingkungan, pendidikan, pergaulan, perantauan dan lain-lain. Sedemikian banyaknya dan faktor nurture yang disebutkan dalam keterangannya. Wallahua’lam


Para ahli inipun banyak yang sependapat bahwa minat (interest) seseorang akan berubah-ubah, hingga kemudian dia mengenali apa yang menjadi passion . Sesuai dengan namanya, passion adalah ketika darahmu berdesir saat berkarya, jiwamu haus mempelajari lebih dalam tentangnya dan tak ingin berhenti hingga menjadi piawai.

Siapa yang paling bisa mengenali? Ya orang itu sendiri dan orang-orang yang membersamai dalam tumbuh kembangnya.


Tidak ada satupun literatur yang memastikan bahwa minat akan menetap di usia sekian, namun beberapa studi memberikan clue yaitu pada rentang 13 – 20 tahun ketika Pre-Frontal Cortex optimal perkembangannya. Oleh karena itu, tidak perlu buru-buru mencari minat apalagi passion anak di usia dini kesana-kemari. Beri saja peluang seluas-luasnya, sabar ketika anak berganti-ganti minat. Ngga usah ngamuk-ngamuk kalau anak tampak seperti mudah bosan (Silahkan simak video penjelasan Raka, yang berpesan pada para ortu untuk tidak ngomel-ngomel ketika anak mencoba berbagai macam hal baru 😁) Itulah proses eksplorasi.
Lalu apa yang perlu dilakukan ortu?

  • Biarkan dia mencoba berbagai hal yang ingin dilakukannya
  • Boleh memberikan saran kegiatan tetapi tidak perlu memaksa
  • Amati dan catat saja pada bidang kegiatan apa dia tampak lebih lama bersemangat.
  • Perhatikan pencapaian akademisnya, di bidang apa saja pencapaiannya stabil
  • Beri berbagai tantangan baik berupa proyek keluarga maupun tantangan individu misalnya memimpin kegiatan, berdagang, membuat karya seni, interaksi dengan masyarakat, pengamatan dan penelitian, meringkas dan menyimpulkan isi buku dll.
  • Banyak berdiskusi dengan anak, mendengarkan pendapat-pendapatnya (bukan sekedar minta didengarkan). Perhatikan pada diskusi-diskusi apa semangatnya menggebu.

Ah… ngga sempat, repot banget sih. Ya sudah, jangan dilanjutkan lagi membaca artikelnya karena judulnya saja mendampingi anak 😊

Lakukan hal-hal diatas dengan lebih intensif di usia 12-15 tahun. Sehingga anda sudah mempunya catatan dinamika yang cukup lengkap di usia 15 tahun (kurang lebih kelas 10/SMA kelas 1). Mulai di usia ini fokuskan diskusi mengenai beberapa bidang yang diminatinya dan ajak anak melakukan eksplorasi lebih dalam secara terstruktur mengenai peluang karirnya, universitas yang diinginkan jika ingin menempuh jalur formal, atau bidang usaha yang akan dirintis.

Saat berdiskusi soal cita-cita dengan anak, sering kali orang tua hanya fokus pada prospek dunianya. Apakah lapangan kerjanya luas atau kemungkinan “penghasilannya” besar. 
Sudahkah kita tambahkan pertanyaan ini :
Apapun cita-citamu, apakah itu kelak akan memudahkan jalanmu ke surga? Dengan cara bagaimana?
Jaman terus berubah itu keniscayaan, bukan soal mau jadi APA untuk mengarunginya, tetapi menjadi manusia yang BAGAIMANA adalah modal dasarnya.

Bagaimana alur diskusinya?

  • Mulai dengan niat dan minta ijin kepada Yang Menguasai Langit dan Bumi
  • Tentukan 1 hingga 3 bidang yang diminati (dari hasil catatan tadi)
  • Tugas ortu sebagai coach, bertanya dan mengeksplorasi, tidak mengarahkan.
  • Goalnya apa, Realitas sekarang bagaimana (based on data tak iye.. jangan tebak-tebak ala dukun). Option apa saja yang bisa membawa anak menuju Goal
  • Analisa kelebihan dan konsekuensi dari setiap option lalu pilih option mana yang akan dipilih dan strategi yang perlu dilakukan untuk mengatasi setiap konsekuensi.
  • Cacah strategi dalam milestone kecil-kecil yang spesifik, terukur, diri sebagai kendali dan selaras dengan tujuan utama
  • Bismillah, install setiap milestone secara visual, auditif dan kinestetik untuk menciptakan jembatan synaps agar ketika kelak dijalani sudah ada jejak dalam pikiran. Ajarkan your young adult untuk directing their own mind, if they don’t, someone else will..
  • Review secara berkala dan dokumentasikan

Meskipun tampaknya panjang, proses diskusi ini hanya memerlukan waktu 1 jam dalam setiap proses review. Mudah, asalkan komunikasi anda efektif.
Cermati proses dalam mendesain setiap bidang. Bidang yang paling lancar dalam proses mendesain adalah bidang yang sesungguhnya paling diminati. Pilih sebagai main road yang akan dijalani. Simpan bidang yang lain sebagai rencana mitigasi jika diperlukan. Keuntungan menjalani proses ini adalah :

  • Anak akan terbiasa untuk fokus pada solusi, bukan mutaar muteeer memikirkan masalah.
  • Belajar melakukan segala sesuatu secara terstruktur
  • Siap menghadapi tantangan ke depan
  • Melatih strategic thinking
  • Self motivated / GRIT
  • Tidak mudah terombang-ambing karena keputusan orang lain

Dengan telah mengetahui 1-3 bidang yang diminati, anak bisa fokus pada bidang-bidang akademis yang akan mendukung jurusan yang dikehendaki.

Jika anak sekolah dengan kurikulum nasional Indonesia dan ingin mengambil jalur akademis, tugasnya adalah menguatkan nilai-nilai akademisnya atau mungkin ikut bimbingan belajar di area yang akan diujikan di SBMPTN atau jalur-jalur lain yang direncanakan
Jika anak sekolah dengan British/American Curriculum atau IB lain lagi ceritanya.

Berikut ini contoh yang kami lakukan kepada Raka, anak pertama kami yang menggunakan British Curriculum. Saya memberi contoh anak sendiri bukan berarti merasa lebih baik , tetapi agar para pembaca bisa melihat gambaran konkrit.

Di kelas 11, Raka sudah harus menentukan 10 pelajaran untuk persiapan IGCSE, dari hasil tahapan-tahapan yang sudah saya ceritakan di paragraf-paragraf awal, Raka menunjukkan minat yang besar pada bidang Math, Physic, Chemistry dan Computer sejak kelas 9, maka 4 bidang ini yang diambil selain bidang-bidang wajib lainnya. Di kelas 11 ini sebetulnya Raka telah menentukan pilihan Jurusan Computer Science, tetapi pada perjalanan penentuannya, kami sempat menawarkan ide untuk mengambil Petroleum Engineering bahkan mengajak Raka untuk untuk mengunjungi almamater ayahnya (ada keinginan juga Raka mengikuti jejak ayahnya meskipun akhirnya dia menolak 😄).

Pada tahun tersebut, Raka harus mulai membuat jejak-jejak karya karena Universitas terkemuka tidak semata-mata hanya melihat nilai ujian, maka ia mulai ikut dalam Programming Olympiads, membuat aplikasi hingga membuat alat absensi menggunakan kartu yang diimplementasikan di sekolahnya (tentu karya-karya ini dicicil dari kelas 11 hingga kelas 13). Alhamdulillah hasil IGCSE untuk bidang-bidang yang diminati mendapat nilai A*. Di kelas 12 pelajaran yang diambil makin mengerucut menjadi 4 pelajaran saja dan kelas 13 hanya 3 . Di luar itu karena Raka ingin juga mendaftar di universitas-universitas US, maka ia mengambil ujian SAT dan mengikuti ujian IUP untuk jurusan yang sama di UGM. Salah satu persyaratan kami adalah, Raka hanya akan dibiayai kuliah di luar negeri apabila diterima di universitas yang masuk dalam 10 besar rangking nasional di negara tersebut. Dengan mengeluarkan biaya cukup besar tentu kami harus teliti dalam memilih universitas. Apalagi Computer Science adalah jurusan rangking pertama atau kedua yang paling diminati di dunia selama lima tahun terakhir ini. Jika salah perhitungan, baik dalam pencapaian maupun pemilihan universitas, bisa-bisa kesulitan mendapatkan universitas yang baik.

Alhamdulillah dari beberapa universitas yang diinginkan, Raka mendapat tawaran dari di Leeds dan Warwick University di UK, UC San Diego di US dan UGM di Indonesia. Dari sini kami kembali membuat analisa berdasarkan 8 faktor diantaranya kurikulum, lama waktu studi, biaya, akses ibadah dan lain-lain. Akhirnya terpilihlah UK sebagai pilihan pertama, UGM pilihan berikutnya dan US paling bontot (punten ya mas Donald… 🤪)
Nah.. karena nilai A level terakhir baru akan diterima pada tanggal 15 Agustus, sedangkan UGM sudah harus memasuki masa orientasi pada tanggal 4 Agustus, maka Raka harus ikut dulu orientasi di UGM dan mencicipi kuliah dulu sambil menunggu hasil akhir A level.

Dan akhirnya… setelah sempat mengikuti PPSMB dan kuliah minggu pertama di UGM, pengumuman dari UK kami terima, dan Raka harus mengundurkan diri untuk berangkat menjalani pilihan pertamanya. Bismillah..


Berikut ini video Raka saat menjelaskan proses perjalanannya menentukan cita-cita yang ia beri judul Journey to Young Adulthood
Mohon doanya agar Raka lancar studinya, ilmunya barokah dan bermanfaat.
Terimakasih kepada semua pihak yang sudah terlibat dalam perjalanan Raka menuju cita-cita, para guru, pakde-bude, teman-teman dan saudara.
Allahumma Inniy As-aluka ‘ilman naafi’an, wa rizqon thoyyiban, wa ‘amalan mutaqobbalan

Journey to Young Adulthood

  • Rujukan
    • Simontom,2001. Talent Development as a Multidimensional, Multiplicative, and Dynamic Process. Current Directions in Psychological Science, Vol. 10, No. 2
    • Hamka, 1979. Tafsir Al Azhar Jilid 6. Pustaka Nasional PTE KTD, Singapore
    • Tafsir Ibnu Katsir 10 Jilid – Pustaka Insan Kamil.
    • Meyers, M., van Woerkom, M., Dries, N. (2013). Innate or acquired? Theoretical considerations and their implications for talent management. Human Resource Management Review, 23 (4), 305-321.
    • Dai, Renzulli, 200. Dissociation and Integration of Talent Development and Personal Growth: Comments and Suggestions
    • Fredricks,  Alfeld , Eccles (2010), Developing and Fostering Passion in Academic and Nonacademic Domains, Gifted Child Quarterly 2010 54: 18

     

    Panduan Mudik Yang Adil dan Beradab

    Lebaran insyaaAllah sebentar lagi, sebagian sudah mudik bertemu handai tolan keluarga besar.

    Mari kita perhatian apakah Pre-Frontal Cortex kita yang sudah terus-terusan diajak nge-Gym selama sebulan penuh untuk menguatkan kembali fungsi moralnya yaitu menunda keinginan, menahan nafsu ini terjaga kualitasnya atau segera lemes lagi kekuatannya?
    Apakah akhlaq yang sudah kita olah sebulan penuh ini, terjaga stabilitasnya atau tak berbekas jejaknya?
    Apa saya panduannya?

    RESPECT OUR PARENT’S HOUSE

    • Pulang ke ortu, kakak, adik atau saudara, bukan berarti melarikan diri dari kondisi rumah sendiri yang sudah ditinggal para asisten. Ortu kita sibuk menyiapkan makanan, anak-anak mberantakin sana sini, dan atas nama cinta serta pemikiran aaahh… cuma setahun sekali, lalu kita minta dimaklumi. Bantu yuk membersihkan, bayarin asisten infal kalau punya dana lebih, panggil go cl**n dan sejenisnya. Bantu juga menyediakan makanan, hari ini sangat mudah menjamin ketersediaan hidangan. Memang mungkin beberapa orang merasa berhak atas rumah ortunya tetapi justru karena berhak maka bantu juga agar tetap bersih dan nyaman
    • Ini lucu ya.. aku bawa ya. Kadang-kadang ada barang unik di rumah ortu kita, lalu diminta dan dibawa pulang. Datang bawa panekuk, pulang bawa jam kukuk 😀. Ortu umumnya akan bilang iya meski hati menjerit. Jangan mengganggu apa yang ada di rumah ortu kita. Kecuali memang ortu secara khusus ingin kita menyimpan barang miliknya dan jika kita jujur pada diri sendiri akan terasa bedanya.
    • Jika keluarga kita besar dan jumlah kamar terbatas atau ada salah satu anggota keluarga kita yang mempunyai masalah perilaku sehingga kemungkinan besar mengganggu, tidak ada salahnya pesan kamar di penginapan terdekat. Tentu minta ijin dengan santun. Tidak usah ngambeg kalau tidak dapat kamar terbaik di rumah ortu kita.

    PERSIAPKAN PASANGAN DAN ANAK

    • Briefing dan Role play anak-anak termasuk pasangan tentang kebiasaan, tata krama dan tugas kewajiban selama di rumah ortu. Selengkap mungkin dengan berbagai skenario kemungkinan. Anak kritis memang kekinian, tapi anak nyinyir itu kurang didikan 😊
      Anak kritis: ini banyak piring kotor jadi ngga rapi, sini aku bantu bawa ke dapur dan cuci piring
      Anak nyinyir : ih tante, kok tante gini sih kan harusnya gitu.. , ih eyang kok rumahnya ada inunya, ngga kayak di rumahku beginu..
      ih.. eyang kok ngga pakai kerudung.. hedeeuh..
    • Bagaimana mensikapi uang lebaran, sesuaikan dengan values masing-masing keluarga, berapa persen yang akan ditabung, bebas dipakai dan disedekahkan. Jika values di keluarga inti tidak membolehkan uang lebaran, sampaikan kepada keluarga besar dengan baik dan santun tanpa perlu mempengaruhi. Siapkan mental anak-anak anda menghadapi perbedaan
    • Ingatkan kembali pasangan tentang kebiasaan-kebiasaan di rumah ortu. Saling menyesuaikan. Asal kita bersedia tulus fleksibel dan penuh kasih sayang di rumah inlaw insyaaAllah pasangan juga akan bersedia asal jelas. Bukan asal pokoknya

    JAGA LISAN

    • Atur-atur nada suara, meski bersaudara bukan berarti semakin dekat semakin hilang kesopanan tetapi justru harus semakin sayang
    • Hindari pertanyaan-pertanyaan atau komentar yang tidak perlu. Kapan nikah? Kapan nambah anak? Kapan punya anak laki/perempuan? (Kecuali si penanya yang membiayai biaya pernikahan dan dana pendidikan anak-anak orang yang ditanya) Kok jadi gemuk? Kok milih sekolah itu sih, emang bagus? Anakmu kemarin rangking berapa? 🤪
    • Nasehati menasehati dalam kebaikan memang dianjurkan tetapi lakukan dengan adab yang benar dan personal. Menasehati dan menyinyiri adalah dua hal yang berbeda
    • Hindari membanding-bandingkan dan mengkritisi
    • Lalu bagaimana kalau kita yang dikritisi? Ada 2 jenis kritikan, yang karena si pengkritik secara nyata terganggu dan yang sebetulnya tidak menganggu dia
      • Yang mengganggu orang lain misalnya anak teriak-teriak, lompat di tempat tidur orang dl : “Ih anakmu kok berisik sih, ngga bisa diem sih.. Yah robek deh buku kakak sepupunya..”
        Jika anak kita memang berkebutuhan khusus : Sampaikan permintaan maaf dan ceritakan bahwa saat ini sedang dalam proses terapi (harus jujur tapi ya) dan mohon dido’akan.
        Jika anak kita bukan berkebutuhan khusus dan memang kurang briefing role playing ya minta maaf dan segera ajak main menjauh sambil dilakukan BRP. Tentu yang dirusakkan diganti ya.
      • Yang tidak mengganggu orang lain. Misalnya anak manjat pohon di luar atau anak kita justru paling patuh pada aturan : “Duh tuu liat anakmu manjat pohon, bahaya lhoo… ” “Ih kamu kaku amat sih sama anak, ngga usah banyak aturan”. “Kapan sih nikah?” “Kok anak cuma 1”. Kritik yang begini mah diberi senyuman manis lalu dijelaskan “Mbak sudah tahu belum kalau ketrampilan gripping itu salah satu latihannya dengan memanjat, insyaaAllah nanti tidak mudah mengeluh jika harus banyak menulis” “Yah memang kadang taat itu dianggap kaku mbak, padahal insyaaAllah itulah perintahnya Allah, tinggal kita mau ikut apa tidak” “Mohon do’anya semoga mendapat yang Allah ridho, tante nanya udah nyiapin hadiah mobil? :D.. ” Maniis semanis gulaa..dan ringan saja seperti kapas. Orang tanya itu kadang karena ngga punya bahan pembicaraan, lalu sodorkan artikel ini yang diprint di kertas bergambar bunga 😀
    • Budayakan saling mengapresiasi dan hadiah-menghadiahi

    INTERAKSI ANTAR ANAK-ANAK

    • Nah.. eng ing eng… ini juga biasanya jadi sumber kezeel-kezeelan, anaknya keluarga adik bebas main game dan nonton, anak kita punya batasan. Gimana dong? Keluarga sana diceramahin? Ngga usaah… anak-anak sendiri yang dikuatkan. Masukkan dalam materi briefing dan role playing, siaplah dengan berbagai kegiatan menarik. Fitrahnya manusia itu lebih senang berinteraksi dengan manusia. Putar otak, siapkan kegiatan interaktif yang super dupeeer menarik, treasure hunt misalnya, hadiahnya bervariasi untuk remaja dan anak-anak, lalu ajak keponakan-keponakan anda terlibat, briefing dulu aturan mainnya, kata-kata yang pantas diucapkan selama permainan berlangsung dan adabnya. InsyaaAllah anak selamat, keponakan makin dekat, persaudaraan selamat, insyaaAllah menginspirasi jadi manfaat. Bawa buku EP kalau perlu untuk dihadiahkan pakai pita warna-warni ya kaan…
    • Perselisihan antar anak itu hanyalah proses belajar berinteraksi, perhatikan dulu bagaimana mereka menyelesaikannya, jangan langsung terjun kecuali berselisihnya bawa parang. Lalu ajak mereka mereview sama-sama, belajar dari perselisihan sebelumnya apa yang bisa untuk pelajaran pencegahan ke depan.

    Semoga suasana kebahagiaan dan keberkahan Hari Raya semakin bertambah

    Okina Fitriani

    Demi Mengajarkan Orang Kaya Bersyukur, Tak Peduli Yang Miskin Jiwanya Hancur

    Tulisan ini adalah bentuk kesedihan mendalam saya atas beberapa “budaya” di masyarakat kita

    • Merayakan ulang tahun di panti asuhan, si anak kaya berdiri di depan kue ulangtahun indah di depan para anak panti yang disuruh bertepuk tangan dan mendoakan lalu sebagai gantinya nanti disumbang dan dibagi kue dan makanan
    • Perusahaan, kelompok arisan yang memboyong anak panti asuhan makan di hotel, lalu beberapa anak maju ke panggung, ditanya-tanya kenapa di panti, lalu si anak kembali membongkar kisah sedihnya tentang ayah ibunya yang meninggal sambil terisak-isak dan seluruh hadirin ikut menangis dengan harapan si orang-orang kaya ini makin bersyukur.

    Astagfirullah HENTIIKAN!!

    Tahukah kita, demi satu anak kaya manja yang sedang ulang tahun dan sudah mulai minta macam-macam agar bisa bersyukur, si Orangtua yang belum berhasil menanamkan rasa syukur yang mestinya ditanamkan sejak usia usia 0-5 tahun melalui fitrah iman dan kasih sayang ini, tidak peduli bahwa mungkin belasan anak panti yang usianya belum matang itu, mungkin juga sama-sama belum tertanam rasa syukur karena keterbatasan pengetahuan para pengurus yang hanya sedikit mengurus sedemikan banyak anak itu, dalam hati meratapi,

    “Ya Tuhan, mengapa aku tak seberuntung anak itu, sungguh Engkau tak adil, lalu mengapa aku harus mencintaiMU… ”

    Sebagian lagi berpikir

    “Aku harus bisa begitu kelak, apapun caranya”

    Puluhan kemungkinan makna berkecamuk dalam diri mereka, tak sedikit masalah psikologis muncul dari rasa iri bercampur frustrasi ini. Dan saya telah banyak bertemu dengan kasus-kasusnya.

    Meski mereka tampak gembira berlari kesana kemari, tetapi sebuah makna telah terlanjur meluncur ke dalam dada

    Lalu jika kelak si anak kaya tadi berada di situasi yang tiada seorangpun yang lebih rendah darinya, akan berhenti pula bersyukurnya?

    Pun demikian dengan yang tadi diminta ke panggung membuka kembali luka-luka lama, tetesan air mata membuat luka itu semakin dalam, apalagi pada anak-anak.

    Dan anda semua yang sudah kaya, masihkah memerlukan air mata mereka untuk bersyukur?

    Tidak cukupkah makanan ya dimakan setiap hari, ilmu tinggi yang membuat duduk di kursi itu, pakaian berganti setiap hari itu, belum mampu menumbuhkan rasa syukur? Astagfirullah..

    Bukankah masih banyak cara yang lebih Mulia dan Memuliakan

    Tapi apa tidak boleh berbagi di panti asuhan?

    Tentu sangaat boleh..

    Bagaimana cara yang benar..

    Jadilah pendana yang menjamin mereka bisa sekolah dan tercukupi kebutuhannya.

    Datangilah secara rutin, peluk dan bacakan buku-buku cerita seperti saat membacakan cerita kepada anak-anak kita di rumah.

    Jalin komunikasi dengan pengurus, datangi saat mereka membuat pencapaian kecil atau kirimkan surat apresiasi berbungkus pita secara rutin.

    Jadikan anak asuh, adopsi jika memungkinkan.

    Fokus pada kebutuhan mereka bukan menjadikan mereka alat untuk kepentingan kita.

    Padahal sesungguhnya dengan membantu setulus jiwa, kita juga yang sedang menabung pada akhirnya. Kita yang memerlukan mereka tapi bukan sekedar urusan dunia.

    Jadi … Masihkah kita akan

    Demi mengajarkan ORANG KAYA BERSYUKUR, tidak peduli YANG MISKIN jiwanya HANCUR?

    note : seseorang pernah membisiki saya, tapi mbak, ada kok yang memang acara naik panggung mengumbar tangis itu dianjurkan oleh pengurusnya. Fagfirlana… meskipun ada, jika kita tak membeli idenya insyaaAllah akan berhenti juga.

    Semoga menjadi kesadaran bersama…

    Anak Peniru Ulung

    Mbak Eka Mardila adalah salah satu alumni Enlightening Parenting yang sekarang ini menjadi salah satu tim sharing.
    Beliau berkisah tentang perubahan pengasuhannya dari yang dulunya bentak-bentak, kadang melakukan tindakan fisik yang akhirnya ditiru oleh putrinya. Saat ini mbak Eka yang account instagram nya bernama @ekalucu banyak menginspirasi parents lain.

    4 SIKAP YANG MENGHANCURKAN PERNIKAHAN

    Setiap orang tentu menginginkan pernikahan yang bahagia, less conflict, jika ada masalah mudah terselesaikan, bukankah begitu?

    Menurut John Gottman PhD, yang selama 40 tahun melakukan studi tentang relationship, ada 4 sikap yang menghancurkan sebuah hubungan, dan ternyata… ada kemiripan dengan beberapa kesalahan pengasuhan yang ada di buku Enlightening Parenting (EP)
    Hmmm.. artinya kebiasaan melakukan kesalahan pengasuhan pada anak juga bisa menyebabkan kesalahan dalam memperlakukan pasangan. Demikian pula sebaliknya, komunikasi yang tidak harmonis antara suami istri akan berimbas pada pengasuhan anak.
    Hayoo.. siapa yang kalau kesal pada pasangan tapi takut konflik lalu anak jadi sasaran? … tunjuk jari…. 🙂
    Maka, menyembuhkan diri dari kebiasaab melakukan kesalahan pengasuhan, insyaaAllah juga memperbaiki kualitas hubungan dengan pasangan. 
    4 Sikap tersebut adalah :
    1. Criticism : suka mengkritik (fokus pada kekurangan) 
    2. Contempt : menghina, baik secara verbal, fisik atau menunjukkan ekspresi merendahkan (ada unsur labelling, yang meskipun dalam hati akan tampak dalam ekpresi) 
    3. Defensiveness : defensif (tidak mengambil tanggung jawab)
    4. Stonewalling : mengabaikan 

    Bagi yang sudah kenal EP insyaaAllah mudah menemukan ramuan antidot nya. Contohnya seperti di bawah ini

    1. Menjadi detektif kebaikan.

    Kalau ingin menyatakan keberatan bukan dimulai dengan “kamu itu. …”. Tetapi dengan kalimat “Aku merasa…”
    Contoh pasangan terlambat pulang, instead of mengatakan
    “kamu ini selalu pulang terlambat.. kamu ngga peduli perasaanku.. kemana aja. sama siapa… bla.. bla.. bla…” 
    Menjadi 
    “Aku kuatir kl kamu belum pulang jam sekian, lain kali telpon ya..”

    2. Again detektif kebaikan, stop labelling, apalagi pakai kata-kata yang merendahkan

    “Dasar kamu ini.. turunan ya dari..” “Gitu aja kok ngga ngerti sih..” “Duh ini kan tanggungjawabmu….”

    Tapi apresiasi kebaikannya,

    “Aku suka lho kalau kamu melakukan… seperti waktu….” (jika no 1 dan 2 digabung, mirip menegur efektif dalam EP kan)

    3. Mudah dinasehati , empati dan mudah minta maaf lalu perbaiki

    4. Kalau ngga ngerti mau ngomong apa atau takut konflik ya peluk aja dulu, minta maaf, pegang tangannya, “Beri waktu aku berpikir ya, aku bingung mau ngomong apa”. 
    Sebaliknya kalau pasangan udah bingung mau ngomong apa, berhenti dulu deh ngomongnya, menegur itu yang efektif cukup 1 menit saja ala EP. Kalau kepanjangan udah kalimat-kalimat yang selebihnya sudah terhapus atau diblokir oleh pikiran pendengarnya 😂

    Dengan mengetahui 4 sikap yang merusak sebuah hubungan, masing-masing dari kita bisa melakukan assessment atau penilaian diri, apa yang selama ini sudah kita lakukan dan bagaimana memperbaikinya. Fokuslah memperbaiki diri bukan menyodorkan artikel ini ke pasangan untuk menyuruh pasangan memperbaiki diri. InsyaaAllah, tidak ada orang yang imun pada kebaikan. Bukankah tidak akan disayangi orang yang tidak menyayangi?

    Di dalam surah Al Baqarah 187 disebutkan “hunna libasun lakum wa antum libasun lahunna”, Libas dalam Al Qur’an meliputi beberapa makna yaitu pakaian (yang berfungsi sebagai penutup dan perhiasan), ketenangan, percampuran, kesenangan dan perbuatan baik.
    Berfungsi menjadi pakaian yang menutupi aib dan melengkapi kelemahannya, menjadi perhiasan yang memperindah dirinya dan pribadinya, memberikan ketenangan (ngga bikin sumpek), bergaul dengan indah dan menggelorakan, being happy and fun together dan perlakukan dengan santun dan mulia.

    Bukankan tuntunannya berimbang antara keduanya? Di dalam islam, para istri diperintahkan mengutamakan suami dan para suamipun dimotivasi oleh Rasulullah SAW dengan sabda beliau bahwa sebaik-baik lelaki adalah yang paling baik kepada istrinya. Sehingga tumbuh rasa saling empati.

    Lalu bagaimana kalau hubungan sudah mendingin, ada cara untuk mempebaikinya? Tentu. Hentikan melakukan 4 sikap di atas, bangun kembali kedekatan seperti yang dilakukan sahabat saya mbak Juliana Dewi di artikelnya yang ini http://www.julianadewi.com/2017/01/cara-membangun-kemesraan-suami-istri-dengan-5-pilar-nlp.html

    Indahnya kehidupan pernikahan tidak hanya membahagiakan di dunia dan insyaaAllah tuaian baiknya menunggu di akhirat.