Hati ibu mana yang tidak berbunga-bunga ketika buah hatinya memeluknya dan membisikkan kalimat itu di telingannya?
Meskipun ini bukan kali pertama my beloved hero “Raka” mengatakannya, tetapi tidak sekalipun kalimat ini turun maknanya di hatiku.
Kali ini hadiah indah itu kudapatkan untuk sebuah usaha sederhana yang nyaris tanpa tenaga, hanya kemauan mendengarkan dan mengerti akan kebutuhannya yang juga sederhana.
Hari minggu yang lalu ketika Raka sedang latihan karate, saya sempat menyaksikan sesi fighting exercise. Secara teknik Raka sudah semakin baik, sedikit keraguan masih mewarnai gerakannya. Beberapa kali ia terkena pukulan telak krn keraguannya itu. Dalam perjalanan pulang Raka menekuk wajahnya, saya pura-pura tidak melihat. Sampai di rumah saya sediakan makan malam untuknya karena saat buka puasa tadi dia hanya sempat minum teh, sepotong roti dan susu.
Selesai makan Raka menghampiriku. Mom, you always have an answer of my question, I just wanna be good at Karate. Can you help me?
Jika anda yang menerima pertanyaan seperti ini, kira-kira apa jawaban anda?
Don’t worry, you will…, cuma masih perlu banyak latihan… ?
Ah… you did very well sayang…?
Atau mungkin kalimat-kalimat menghibur lainnya?
Pernahkan kita mencoba berada dalam posisi mereka, dalam kondisi seperti ini ternyata anak-anak tidak memerlukan “penghiburan”, mereka memerlukan jawaban ya berikut caranya. Haaa??? Membuat anak kita menjadi expert, padahal karate saja kita tidak bisa? Apa bisa?
Jawabannya BISA. Bagaimana?… Melalui imaginasinya.
Sebenarnya children are constantly in and out of “trance” state all the time. Apa itu “trance“? trance adalah kondisi dimana pikiran sangat fokus ttp tubuh sangat rileks. Seberapa sering anda memperhatikan bahwa anak-anak anda berimaginasi dengan sedemikian nyata tanpa perlu berpikir keras.
Perhatikan saat anak anda bermain mobil-mobilan. Brrmmm…brrmmm… ngeeeengggg.. ngeng… cciiiiit bunyinya sambil menggerakkan badannya mengikuti gerakan mobil. Saat-saat seperti ini mempunyai kekuatan yang dasyat, saat-saat dimana seluruh inderanya bersatu dalam dunia yang secara nyata belum pernah dia lakukan (ya iyalah.. nyetir aja belum boleh :)). Jika mengemudikan mobil yang belum pernah dia lakukan saja bisa membuatnya “serasa” menjadi pembalap nomor 1 dunia, tentu akan lebih mudah baginya membayangkan sesuatu yang memang telah dilakukannya.
Lalu apa solusi saya untuk pertanyaan Raka tadi?
Saya jawab dengan yakin.. Sure… I can help you, but you are the one who will make yourself good at it..
Raka makin penasaran, when Mom? .. “Now..” jawab saya mantap.
Saya kemudian mengajaknya ke game room, ruangan di rumah kami yang difungsikan sebagai ruang bermain.
“Raka pernah melihat orang yang hebat karatenya?”
“Pernah”
“Siapa?”
“Itu yang di Karate Kid”
“Do you remember his movement?”
“Yes”
Lalu saya minta dia mengingat gerakan Jaden dalam film itu, merasakannya apa yang sedang dirasakan Jaden, dan perlahan-lahan membayangkan menjelma menjadi tokoh itu… dan kemudian saya memintanya berimaginasi melakukan fighting exercise. Saya melihat perubahan dalam gerakannya, lebih mantap, lebih balance, lebih bertenaga.
Selesai membayangkan saya bertanya “How do you feel Raka“… he said “Wow… I feel different mommy, do you think I can do that next Tuesday?” Saya tersenyum, mengangkat bahu “Let’s see“
Hari selasa yang lalu sebelum berangkat latihan, Raka mempraktekkan gerakan-gerakannya di depan ayahnya setelah sebelumnya diam beberapa detik (mungkin mengumpulkan getaran perasaan yang dirasakannya 2 hari yang lalu ketika berimaginasi). Pujian meluncur dari bibir ayahnya sambil melirikku.
Ketika saya menjemputnya latihan karate malam itu, Raka mencium saya di mobil dan berkata “I made it Mom.. thank you..” Saya tidak perlu bertanya lagi karena saya bisa membayangkan apa yang terjadi tadi di ruang latihan.
“Dengan terus berlatih sungguh-sungguh, semua yang Raka imaginasikan itu akan otomatis muncul sayang, it won’t be Jarden in you, but it’s YOU“
Malam itu sebelum tidur, Raka menggenggam tanganku erat-erat dan berkata, “Mom, you are the best mom in the world and this is the best family in the world….”
“Mimpi indah anakku sayang…”
note: Bagi teman-teman yang belajar NLP mungkin akan bertanya, mengapa tidak dibuat anchor saja (apa itu anchor? silahlah baca tulisan saya mengenai toilet training). Saya memilih tidak melakukannya karena saya tidak ingin Raka menganggap ini sebagai sebuah tool. Dalam usia dan perjalanannya, saya optimis dia akan menemukan sendiri getaran keyakinan yang akan dia yakini berasal dari dirinya, bukan diperoleh dengan cara tertentu. Pada titik ini saya hanya ingin ia mengalami bahwa tidak ada yang sulit jika kita melakukan segala sesuatu sepenuh hati, mengajak seluruh inderanya bekerja sama “melakukan sesuatu”, bukan sekedar gerakan otot dan sekumpulan teknik-teknik.