Pendidik Anak di Rumah : Super Mom or Supir Mom?


Seringkali saya ditanya baik dalam kelas maupun di luar kelas oleh para ibu yang ingin meninggalkan pekerjaan formalnya dan beralih profesi menjadi pendidik anak di rumah. Berikut ini saya rangkaikan tips persiapan untuk alih profesi. Supaya keren, saya akan berikan Job Title khusus untuk profesi Pendidik Anak di Rumah yaitu Posterity Educationalist alias “PE” (ehem… ehem…. 🙂).

1. Niat
Jika dari awal tujuan anda berhenti adalah untuk mendidik anak di rumah, maka susun baik-baik niat anda ini. Sungguh-sungguh periksa hati anda dengan jujur. Jangan mengatakan anda berganti profesi demi berdedikasi menjalani peran sebagai madrasah pertama bagi anak seperti yang dianjurkan agama, tetapi sesungguhnya ada sudah tidak tahan lagi dengan lengkingan suara atasan anda di kantor, lelah menghadapi macet, tidak laku lagi bekerja atau alasan-alasan lain yang dibungkus dengan kalimat pembenaran. Niat anda hanya anda dan Tuhan yang tahu. Meski tiada seorangpun dapat menghujat dan menghakimi, namun janganlah membohongi Yang Maha Tahu, karena kelak kesungguhan dan pahala anda bermula serta dihitung dari sini.
Pssst… lalu bagaimana kalau saya belum yakin dengan kelurusan niat saya karena masih berupa campuran dari berbagai alasan? Bantu diri anda dengan melakukan assesment berikut ini..
  • Mengapa saya ingin menjadi PE?
  • Kemampuan apa yang sudah saya miliki untuk menjalani profesi ini? Jika masih kurang, di/darimana/ siapa saya harus belajar?
  • Apa yang akan saya dapatkan jika saya menjalani profesi ini? Apa yang tidak akan saya dapatkan jika saya menjalani profesi ini?
  • Apa yang akan saya dapatkan jika saya TIDAK menjalani profesi ini? Apa yang TIDAK akan saya dapatkan jika saya TIDAK menjalani profesi ini?
  • Mengapa jawaban item ke 2 dan ke 3 di atas penting untuk saya dapatkan?
  • Apa pengaruh pilihan saya ini pada kehidupan keluarga inti saya, keluarga besar saya, pertemanan saya dan pandangan saya terhadap diri saya sendiri?
  • Identitas apa yang saya inginkan untuk diri saya dan UNTUK APA dan UNTUK SIAPA saya persembahkan hidup saya.

InsyaaAllah keputusan anda menjadi lebih mantap dan positif dengan langkah-langkah di atas.

Tetapi bagaimana jika assesment itu masih juga menghasilkan pertempuran dalam diri anda, maka anda punya 3 pilihan sikap

  • Tunda : daripada anda membuat stress anak-anak dan pasangan anda dengan keluhan yang tiada habisnya, wajah manyun atau justru berhentinya anda tidak memberi manfaat untuk anak dan pasangan karena anda akan menggantinya dengan sederet arisan-arisan, shopping sana-sini, atau menghabiskan waktu berjam-jam untuk hobi anda yang lain
  • Jalani dengan jujur dengan waktu tertentu : Akui  sejujurnya alasan anda yang sebenarnya dan sebutkan target berapa lama anda akan berhenti. Lalu rencanakan apa yang anda akan lakukan dalam waktu jeda itu agar tidak sia-sia. Insyaa Allah niatnya tetap mulia yaitu tidak membuang waktu dengan sia-sia.
  • Luruskan PAKSA.. (duh sadis amat main paksa…)  Jika hal positif tidak mampu memotivasi anda maka takut-takuti diri anda sendiri dengan membayangkan kemungkinan TERBURUK jika anda tidak melakukannya. Waduh.. emangnya bagus memotivasi diri dengan cara menakut-nakuti? SECARA PRIBADI, SAYA TIDAK SUKA cara ini,  karena seperti do’a mengharapkan keburukan. Namun memang anda orang-orang yang hanya bisa lari jika cambuk mengancam punggungnya.

Lalu bagaimana jika awalnya terpaksa atau kebetulan? Misalnya anda di PHK dan tidak bisa mencari pekerjaan lain, atau harus mengikuti suami ke tempat lain yang tidak memungkinkan anda bekerja lagi. Ya mudah saja, tinggal perbarui niat anda seperti step-step diatas.

Pastikan niat ini menjadi NIAT BERSAMA, antara anda dan suami dan mintalah dukungan dari orang tua anda. Beri mereka pengertian sebagai pihak yang telah membiayai pendidikan anda dan sampaikan terimakasih anda bahwa dengan bekal pendidikan yang mereka biayailah anda akan mendidik cucu-cucu tercinta mereka… (jangan lupa buat tekanan yang kuat saat mengatakan urusan cucu ini, karena biasanya hati para kakek-nenek akan meleleh dengan kunci ajaib ini.. :D). Bisa jadi ortu keberatan karena pekerjaan anda ibarat trophy dari “keberhasilannya mendidik anak”, itu lho anakku Menejeeer. Tidak apa-apa, pahami perasaan beliau namun tetap berikan pengertian atas keputusan anda. Obat mujarab dari kekecewaan beliau adalah melihat anda bahagia menjalani peran, melihat improvement perilaku anak-anak anda karena program pendidikan adabnya lebih terstruktur dan anda lebih punya waktu melayani beliau dengan penuh perhatian. Tapiiii.. jika anda sudahlah berhenti kerja, di rumah ngamuk-ngamuk ya keterlaluan.

2. Buat rencana 2 tahun pertama.

Buatlah rencana anda seperti anda membuat Performance Appraisal Form saat anda bekerja. Bermula dari tujuan, apa ukurannya, metodenya, perlu belajar apa, siapa yang akan menilai.. Ajak suami anda menyusun program ini bersama-sama dan sepakati bagaimana metode reward dan apresiasinya. Pujian suami adalah reward penting dalam tiap langkah pencapaian. Memberi hadiah juga tidak salah, namun… wajah bahagia anak-anak yang tumbuh dalam pelukan dan bimbingan kasih sayang anda ditambah derasnya tabungan pahala yang langsung datang dari Yang Maha Memberi,…  tiada tanding, tiada banding nilainya dari sekedar pujian ataupun hadiah.

Mengapa 2 tahun? Biasanya 2 tahun juga angka yang dipakai sebagai ukuran bagi beberapa instansi jika anda mengajukan cuti tanpa gaji (leave without pay). Maka periode ini bisa saja anda lakukan tanpa sungguh-sungguh berhenti bekerja tetapi mengambil periode cuti tanpa gaji. Kalau anda tidak suka 2 tahun, anda bebas menggantinya menjadi angka 1, 3, 4 juga boleeeh…

Rencana ini tentunya membutuhkan peran anda langsung dalam pencapaiannya sehingga ada layak memegang Job Title “PE”. Misalnya dengan meletakkan program preschool home schooling di dalam “to do list” anda. Jika anda sudah memutuskan menjadi PE tapi masih juga mengirim batita anda ke sekolah atau sekedar membuat daftar panjang les, kursus yang akan diikuti anak anda,  dan rencana anda hanyalah menjadi pengantar anak kesana-kemari, maka Job Title anda harus berubah menjadi Supir Mom alias “SM” . Bukan berarti tidak boleh ya… Anda boleh saja memutuskan untuk menjadi SM terutama jika alasan anda berhenti bekerja hanyalah mengisi waktu jeda agar tidak sia-sia atau untuk mengurangi pengeluaran keluarga membayar gaji supir atau biaya transportasi. Tentunya anda tidak boleh mengaku PE jika pekerjaan anda SM. Prinsipnya, jujurlah menilai diri, toh anda tidak perlu mengumumkan jabatan baru ini.

3. Bersungguh-sungguhlah dalam menjalankan tugas ini lebih dari bersungguh-sungguhnya anda dengan karir anda sebelumnya
Jika anda sedemikian keras bekerja demi sebuah tugas yang diberikan oleh penguasa perusahaan apapun jabatan atasan anda,…. lalu harus sekeras apa usaha untuk menyempurnakan tugas yang langsung diberikan oleh Penguasa alam semesta? Jika sedemikian hebatnya keinginan anda untuk mendapat pujian dan reward dari penguasa perusahaan tempat anda bekerja,… lalu harus sehebat apakah keinginan anda untuk mendapat reward dari Penguasa langit dan bumi serta pujian dari suami yang ridho-nya menjadi jalan menuju surga?
Delegasikan hal-hal yang tidak terlalu penting dan secara keuangan mampu anda delegasikan. Kalau anda sanggup punya asisten rumah tangga, percayakan lantai anda untuk mereka belai untuk memberi kesempatan anda membelai orang-orang tercinta. Jika tidak memungkinkan memiliki asisten tetap, cari jalan untuk outsourcing.  Misalnya setrika… Jika di sekitar anda ada usaha laundry murmer, lempar saja tumpukan setrikaan anda ke sana. Bagi-bagi tugas sederhana adengan suami dan anak-anak. Bukankah time management dan empowering adalah salah satu kunci sukses apapun profesi anda?
4.  Bernegosiasi dengan diri sendiri mengenai “pendapatan yang hilang”
Tentu wajar jika anda yang terbiasa mempunyai penghasilan sendiri merasa tidak nyaman saat tiba-tiba harus kehilangan penghasilan. Rasanya semacam tiba-tiba “miskin” secara pribadi. Kadang kesediaan suami untuk mencukupi apa yang dulu anda cukupi dari penghasilan anda tidak banyak membantu menyelesaikan emosi ini. Perasaan “diberi” atau “meminta” mungkin mengganggu ego anda. Utamanya, selesaikan dulu konflik batin anda, bandingkan makna penghasilan dan makna awal dari niat anda yang sudah kita bahas di atas.
5. Diskusikan tentang “pendapatan keluarga yang hilang”
Jika selama ini gaji anda juga digunakan untuk mendukung pendapatan keluarga.  Diskusikan pendapatan yang hilang ini dengan seluruh keluarga. Hal-hal apa yang perlu dikurangi, dihilangkan, diganti atau suami perlu usaha lebih untuk menggantikan pendapatan yang hilang itu.
Sebaiknya tunda dulu keinginan untuk mendapatkan penghasilan saat sudah berhenti bekerja di tahun pertama. . Namun, jika dalam perjalanannya, anda dapat menjalani program ini dengan mulus sekaligus ada peluang untuk mendapatkan penghasilan dari rumah….. tentu tidak ada salahnya, apalagi jika kegiatan itu sekaligus mendukung peran anda. Syukuri kesempatan langka itu.
6. Sepakati hari cuti setidaknya 1 hari dalam sebulan untuk “me time”
Sebagaimana pekerjaan yang lain, tentu anda perlu waktu “istirahat”… Maka sepakati setidaknya 1 hari dalam 1 bulan anda untuk melakukan kegiatan yang anda sukai. Meskipun kadang tidak bisa berlangsung selama 24 jam terus menerus, setidaknya 8 jam cuti cukuplah. Demikian pula sebaliknya, pasangan anda juga berhak cuti untuk tidak membantu anda dalam urusan rumah tangga jika anda sama sekali tidak punya asisten yang membantu anda sehari-hari.
7. Komunikasi yang baik dengan suami adalah contoh terbaik bagi anak. Anak adalah peniru ulung
Jagalah sopan santun anda dalam berkomunikasi dengan suami. Jangan menjadikan suami sasaran ketegangan anda, sebaliknya suami belajar memahami ketegangan istri, terutama di bulan-bulan pertama perubahan profesi anda. Belajar teknik komunikasi acknowledging and reorienting, positive feedback, bahasa kasih sayang, bahasa hipnotik, dan banyak lagi teknik lainnya yang jika saya bahas akan setara dengan 1 hari Enlighten & Empower Communication workshop.
Seringkali kita sangat bersopan santun dengan orang lain, tetapi justru enggan melakukannya untuk orang-orang yang anda cintai. Lalu apakah itu namanya cinta kalau anda tidak takut lagi menyakiti hatinya?
8.  Pelihara  ilmu anda
Bantu teman atau buatlah sebuah karya pribadi yang berhubungan dengan profesi anda sebelumnya setidaknya 1x dalam 2bulan, meski tidak mendatangkan penghasilan. Suatu saat nanti entah karena alasan apa, mungkin anda perlu kembali bekerja.  Bisa juga anda menambah ilmu lain, namun tidak menyita waktu anda untuk memenuhi program kerja 2 tahun anda. Kegiatan menambah ilmu 2x seminggu masing-masing 2 jam bisa dijadikan pilihan.

9. Bersyukur dan bertafakur

Syukuri setiap pencapaian yang anda lakukan sesuai dengan rencana anda. Jangan mengakuisisi pencapaian yang merupakan hasil kontribusi pihak lain misalnya sekolah, supaya anda tetap menjadi ibu yang jujur, bisa mengapresiasi pihak lain dan mau belajar lagi.
Renungi kejadian-kejadian yang menjauhi pencapaian dengan pertanyaan, “Manfaat apa yang kuperoleh dari kejadian ini untuk memperbaiki diri?” Jadikan sebagai umpan balik.
Waspadai adanya kemunduran, misalnya anak tiba-tiba ngompol lagi, menjadi tegang, emosional, lebih suka berlama-lama di sekolah. lebih suka keluar rumah dll… Kemungkinan keberadaan anda menimbulkan rasa tidak nyaman. Teruslah membuat perbaikan.
10.   BERDO’A mohon pertolongan Yang Maha Kuat
Manusia pada dasarnya lemah dan dho’if.  Maka berpeganglah pada kekuatan Yang Maha Kuat di setiap do’a, di setiap langkah.
Sebelum mengakhiri tulisan ini, saya teringat pada satu  pertanyaan krusial. Kapan waktu yang tepat bagi anda untuk berhenti bekerja? Saat terbaik adalah saat anak anda lahir dan tetap di rumah sampai usia sekolah dasar. Setelah anak-anak menjalani sebagian harinya di sekolah, silahkan anda juga menjalankan hari anda untuk bekerja. Namun ingat… ENERGI anda harus tetap BARU ketika sampai di rumah seperti yang anda harapkan juga dari suami anda, serta   masih memiliki waktu sekurang-kurangnya 3 jam untuk berinteraksi dengan anak dalam keadaan sama-sama segar (bukan sama-sama tidur) untuk menemaninya meninjau ulang hari-hari yang dilaluinya di sekolah.
Siap punya profesi keren? Posterity Educationalist…..

2 Replies to “Pendidik Anak di Rumah : Super Mom or Supir Mom?”

  1. saya baru tau ttg EP lewat mba nuri, saya sdh baca bukunya. jujur masih byk bgg krn banyak kata yg blm saya mengerti. mulai follow ig ibu okina dan akhirnya membaca postingan ini. dg air mata yg mengalir, sy jd semakin yakin utk belajar lg ttg EP, demi kebahagiaan saya, suami dan tentunya anak kami. terimakasih ibu..

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d bloggers like this: