Siapa yang tak kenal permainan ular tangga. Sebuah permainan yang menurut Om Wiki berasal dari India dengan nama asli Moksa Patam yang bermakna tangga menuju moksa. Arti moksa sangat beragam ada yang mengartikannya sebagai keselamatan, kebahagiaan yang kekal, jenjang tertinggi dalam kehidupan dan lain-lain. Apapun artinya, saya tidak bermaksud membahas filosofi permainan ular tangga menurut niat para penciptanya tetapi bagaimana memanfaatkan permainan yang tampaknya sederhana ini untuk menanamkan nilai-nilai kebersyukuran, empati, sikap optimis, dan kesabaran pada anak-anak.
Pada umumnya permainan ular tangga dilakukan dengan cara melempar dadu, dan siapa yang mencapai persegi/bujur sangkar dengan angka 100 terlebih dahulu adalah pemenangnya. Dalam perjalanan mencapai angka 100 ini kadang akan ditemui tangga yang membuat pemainnya bisa mencapai posisi yang lebih tinggi atau bertemu dengan ular yang membawa pemainnya merosooot ke persegi yang jauh di bawahnya. Supaya terjadi interaksi antar pemain, boleh juga ditambahkan aturan baru yaitu, apabila salah seorang pemain mendarat di persegi yang sama dengan pemain sebelumnya, maka pemain yang sudah menempati persegi itu harus kembali ke titik start (istilahnya “dibacok”, ceuk suami yang orang sunda mah… *duuh sadis kalipuuun).
Permainan ini lebih asyik jika dilakukan oleh seluruh keluarga, dan diam-diam tentukan apakah suami atau istri yang akan menjadi tokoh “jahat”. Tokoh jahat ini akan memberi contoh-contoh perilaku buruk. (kalau saya sih selalu suami yang jadi tokoh jahat, karena bukankah anak harus berbakti pada ibu 3 kali baru kemudian ayah? :D… hihihi… kasihaanlah suamiku. Terimakasih ya cinta…). Beruntung saya memiliki anak-anak yang usianya sudah mewakili dua kelompok umur yang berbeda, menjelang remaja dan kanak-kanak, sehingga saya bisa mengatakan bahwa permainan ini tidak hanya menarik untuk kanak-kanak tetapi juga untuk remaja, tinggal bagaimana kita membuatnya menarik. Lalu… Bagaimana memanfaatkan permainan ini untuk menanamkan nilai-nilai positif? Ini dia caranya :
The Ladders of Salvation
Tangga yang membawa pemain melejit ke atas mewakili pencapaian yang baik, rejeki, kesenangan atau apapun yang dipersepsikan secara umum sebagai perolehan baik. Kesempatan ini dapat dimanfaatkan untuk memahami makna bersyukur, ikut bahagia ketika orang lain mendapatkan kebahagiaan, mengapresiasi, kerendahan hati dan sikap tetap waspada. Agar dinamikanya menarik, komentar bisa dipicu dari akting tokoh jahat. Tokoh jahat akan berteriak-teriak kegirangan meledek kesana kemari saat mendapat kesempatan naik tangga. Jadikan contoh perilaku ini untuk dibahas secara natural, misalnya dimulai teguran ringan dari ibu “Kok ngga kedengeran nih bilang alhamdulillah dapat rejeki”, lalu biarkan anak-anak mengungkapkan perasaannya dan lemparkan pertanyaan-pertanyaan seperti “Sebaiknya bersikap bagaimana ya?” atau “Bagaimana perasaanmu melihat orang seperti itu?” dan “Apa yang harus kita katakan kalau orang lain memperoleh kebaikan?”
The Snakes of Destiny
Saat salah satu pemain merosot karena bertemu dengan sang ular, perhatikan dinamika yang terjadi. Apakah pemain yang lain menghibur, memberi semangat atau justru menari-nari di atas penderitaan pemain lain :D..? Beri pujian pada yang menghibur dan menyemangati. Kesempatan ini juga dapat dimanfaatkan untuk memberi contoh bagaimana bersikap sabar namun tetap optimis saat menghadapi kondisi yang tidak menyenangkan dan bahwa selalu ada harapan karena masih banyak lagi tangga menunggu di depan.
The “Bacoker”
Membacok seperti yang sudah dijelaskan di awal adalah membuat salah satu pemain kembali ke titik awal (start). Menyakitkan memang, namun bukan bersifat sengaja karena jumlah langkah yang ada di dadulah yang “mengharuskan”-nya. Fenomena ini paling penarik karena adanya interaksi “mengambil posisi dan terlukai”. Bagaimana tata krama si pengambil posisi dari tindakan dan ucapannya. Bagaimana yang terlukai merelakan posisinya dan berjuang lagi dari awal. Bagaimana pemain yang lain berempati. Kadang-kadang situasi ini mengharukan saat si pengambil posisi mengatakan “Maaf ya dek, mas kasihan sebetulnya liat adek harus balik lagi ke awal..” dan jawaban yang terambil posisinya “It’s OK.. I hope I get a ladder very soon”… Duuh… Tapiiiii…… biar seruu…., tokoh jahat harus berakting yang fenomenal dooong.., misalnya ketika mendarat di bidang yang sama, token pemain sebelumnya ditendaang oleh sang tokoh jahat. “I’m knocking you out! hahahaha….” Tapi hati-hati jika ditegur pemain lain, sang tokoh jahat jangan lama-lama untuk kembali insyaf yaa… jangan terus “ngeyel”, ngga mau kalah dan makin vicious :D…
Kekurangan permainan ini adalah langkah semata-mata tergantung dadu, mungkin hanya sedikit orang yang mampu berstrategi dalam melempar dadu untuk mendapatkan angka yang diinginkannya. Namanya juga permainan, kalau mau yang sungguh-sungguh mewakili kehidupan yang sesungguhnya, tentu lebih realistik membahas situasi nyata. Hanya saja, agak jarang dalam kehidupan nyata, terjadi dinamika the ladders of salvation, the snakes of destiny and the bacoker sekaligus dalam satu jam :D…
Ups.. satu hal yang perlu diingat, yaitu pemulihan nama baik sang tokoh jahat ya.. aciiiann doong kalau tertanam di pikiran anak-anak hahaha… (Daddy, your sacrifice is highly appreciated . :*)